Penyesuaian Tingkat Harga Umum
DEFINISI
PERUBAHAN HARGA
Fluktuasi
nilai mata uang dan perubahan dalam harga uang atas barang dan jasa merupakan
karakteristik yang terpisahkan dalam bisnis internasional. Untuk memahami
istilah perubahan harga ( changing princes ), kita harus membedakan
antara pergerakan harga umum dan pergerakan harga spesifik, yang keduanya
termasuk dalam istilah perubahan harga itu. Suatu perubahan harga umum terjadi
apabila secra rata-rata harga seluruh barang dan jasa dalam suatu perekonomian
mengalami perubahan. Kenaikan harga secara keseluruhan disebut inflasi ( inflation
), sedangkan penurunan harga disebut deflasi ( deflation ).
Inflasi
telah menjadi fakta yang penting dan tetap di hampir semua Negara di dunia.
Perubahan nilai mata uang moneter bener-bener diakui para akuntan dewasa ini, tetapi
tedapat pertentangan mengenai cara teoritis dan praktis untuk menyelesaikannya.
Di Amerika Serikat, FASB Statetment No. 33 mangharuskan pengungkapan khusus
oleh perusahaan-perusahaan besar tertentu, tetapi tidak merinci kaitan
pengungkapan ini dengan laporan keuangan utama. Unit moneter yang tidak stabil
adalah suatu kendala pengukuran dalam pendekatan induktif-deduktif terhadap
teori akuntansi.
DAFTAR
ISTILAH AKUNTANSI INFLASI
Atribut.
Karakteristik kuantitatif suatu pos yang diukur untuk keperluan akuntansi.
Contoh biaya hostori atau biaya penggantian merupakan atribut suatu aktiva.
Penyesuaian
biaya kini. Nilai penyesuaian aktiva untuk perubahan dalam harga tertentu.
Kekayaan
yang dapaat dihapuskan. Jumlah aktiva bersih suatu perusahaan yang dapat ditarik
tanpa mengurangi besar awalnya aktiva bersih.
Mekanisme
Penyesuaian. Menfaat berupa keuntungan daya beli pemegang saham yang berasal
dari pendanaan utang dan pertanda bahwa perusahaan tidak perlu mengakui
tambahan biaya pengganti atas aktiva operasi sehubungan dengan aktiva tersebut
didanai melalui utang.
Ekuivalen
Daya Beli Umum. Jumlah uang yang telah disesuaikan terhadap perubahan dalam
tingkat harga umum.
Keuntungan
kepemilikan suatu investasi. Kenaikan biaya kini suatu aktiva nonmoneter.
Hiperinflasi.
Laju inflasi yang sangat besar terjadi pada saaat tingkat harga umum dalam
suatu perkekonomian meningkat sebesar lebih dari 25 % pertahun.
Inflasi. Kenaikan
dalam tingkat harga umum seluruh barang dan jasa dalam suatu perkeonomian.
Aktiva
Moneter. Klaim terhadap jumlah mata uang yang tetap dimasa depan seperti kas
atau piutang usaha.
Keuntungan
Moneter. Kenaikan dalam daya beli secara umum yang terjadi karena terdapatnya
kewajiban moneter selama periode inflasi.
Kewajiban
Moneter. Suati kewajiban untuk membayar jumlah mata uang tetap dimasa depan
seperti utang usaha atau uang dengan suku bunga tetap.
Kerugiaan
Moneter. Penurunan dalam daya beli secara umum yang terjasi karena terdapatnya
aktiva moneter selama periode inflasi.
Penyesuaian
Modal Kerja Moneter. Pengaruh perubahan harga khusus terhadap seluruh jumlah
modal kerja yang digunakan oleh suatu usaha dalam menjalankan operasinya.
Jumlah
Nominal. Jumlah mata uang yang belum disesuaikan dengan perubahan harga.
Aktiva
Moneter. Aktiva yang tidak menunjukkan adanya klaim tetap terhadap kas seperti
persediaan, aktiva tetap, dan peralatan.
Penyesuaian
Paratis. Suatu penyesuaian yang mencerminkan perbedaan antara inflasi di Negara
induk perusahaan dan perusahaan tuan rumah.
Kewaajiban
Mometer. Suatu utang yang tidak mengharuskan pembayaran jumlah kas tetap dimasa
depan seperti uang muka pelanggan.
Aktiva
Permanent. Istilah di Brasil utnuk aktiva tetap, gedung, investasi, beban
tangguhan dan depresiasi terkait serta jumlah deplasi atau amortisasi.
Indeks
Harga. Suatu rasio biaya dimana pembilang/numeratornya adalah biaya dari suatu
keranjang barang dan jasa yang representative dalam tahun berjalan, sedangkan
penyebutnya adalah biaya dari keranjang barang dan jasa yang sama pada tahun
dasar.
Daya Beli.
Kemampuan umum dari suatu unti moneter untuk memperoleh barang dan jasa.
Laba Riil.
Laba bersih yang telah disesuaikan untuk perubahan harga.
Biaya
Penggantian. Biaya kini untuk mengganti potensi jasa suatu aktiva dalam keadaan
normal usaha.
Mata Uang
Pelaporan. Mata uang yang digunakan suatu perusahaan dalam menyusun laporan
keuangan.
Metode
nyatakan kembali-translasikan. Digunakan pada saat suatu induk perusahaan
mengkonsolidasikan akun-akun anak perusahaan luar negeri yang beralokasi
disebuah lingkungan berinflasi.
Perubahan
Harga Khusus. Perubahan dalam harga untuk komoditas khusus seperti persediaan
atau peralatan.
Metode
tranlasikan-nyatakan kembali. Suatu metode konsolidasi pertama-tama dengan
mentranslasikan akun-akun laporan keuangan anak prusahaan luar negeri ke dalam
mata uang induk perusahaan kemudian dinyatakan kembali jumlah yang
ditraslasikan terhadap inflasi induk perusahaan.
Jumlah mata
uang yang disesuaikan terhadap perubahan tingkat harga umum (daya beli) disebut
sebagai mata uang konstan biaya historis atau ekuivalen daya beli umum. Jumlah
mata uang yang belum disesuaikan sedemikian rupa disebut sebagai jumlah
nominal. Sebagai contoh, selama periode kenaikan harga, aktiva berumur panjang
yang dilaporkan didalam neraca sebesar biaya akuisisi awalnya dinyatakan dalam
mata uang nominal. Apabila biaya historisnya tersebut dialokasikan terhadap
laba periode kini, pendapatan, yang mencerminkan daya beli kini, ditandingkan
dengan biaya yang mencerminkan daya beli (yang lebih tinggi) dari periode
terdahulu saat aktiva tersebut dibeli.
Indeks Harga
Perubahan
tingkat harga umum diukur dengan indeks tingkat harga dalam bentuk S p, q,/ S poqo,
dimana p = harga suatu barang tertentu dan q = kuantitas yang dikonsumsi. Suatu
indeks harga adalah rasio biaya. Sebagai contoh, jika sebuah keluarga yang
terdiri dari empat orang menghabiskan uang sebanyak $20.000 untuk membeli
sebuah keranjang barang dan jasa yang representatif pada akhir tahun 1 (tahun
dasar = awal tahun 2) dan $22.000 untuk membeli keranjang yang sama setahun
kemudian (awal Tahun 3), indeks harga akhir tahun pada Tahun 2 adalah
$22.000/$20.000 atau 1.100. angka ini menunjukkan adanya laju inflasi sebesar
10% selama Tahun 2.
Penggunaan indeks harga
Angka indeks
harga digunakan untuk mentranslasikan jumlah uang yang dibayarkan selama
periode terdahulu menjadi ekuivalen daya beli pada akhir periode (yaitu daya
beli konstan biaya historis). Metode yang digunakan adalah sebagai berikut ;
GPLc
/ GPLtd x Jumlah Nominaltd = PPEc
Dimana :
GPL
= indeks harga umum
c
= periode kini
td
= tanggal transaksi
PPE
= ekuivalen daya beli umum
Angka-angka
tingkat harga yang telah disesuaikan tidak mewakili biaya kini pos-pos yang
dimaksud; angka-angka tersebut masih merupakan biaya historis. Angka-angka
biaya historis hanya disajikan ulang dalam unit pengukuran yang baru-daya beli
umum pada akhir periode. Apabila transaksi terjadi secara merata dalam suatu
periode (sepertj halnya pendapatan dari penjualan barang atau jasa),
penyesuaian tingkat harga melalui jalan pintas dapat dilakukan. Pada saat
menyatakan pendapatan dalam ekuivalen daya beli akhir periode, bukan dengan
menyesuaikan pendapatan setiap hari terhadap tingkat harga (perhitungan
sebanyak 365 kali!), tetapi dapat digunakan cara dengan mengalikan seluruh
pendapatan dalam satu tahun dengan rasio indeks akhir tahun terhadap indeks
rata-rata tingkat harga umum selama tahun tersebut.
Objek Penyesuaian Tingkat Harga Umum
Sekarang
kita melihat ulang secara singkat istilah-istilah konvensional laba perusahaan.
Secara tradisional, laba (yaitu kekayaan yang dapat digunakan) merupakan bagian
dari kekayaan perusahaan (yaitu aktiva bersih) yang dapat ditarik oleh perusahaan
selama suatu periode akuntansi tanpa mengurangi kekayaannya hingga berada di
bawah posisi awal.
Dengan
demikian, akuntansi konvensional mengukur laba sebagai jumlah maksimum yang
dapat ditarik dari perusahaan tanpa mengurangi jumlah uang yang menjadi modal
awalnya. Model daya beli konstan biaya historis menganggap selisih perbedaan
ini dengan mengukur laba sehingga perusahaan mampu membayarkan seluruh labanya
sebagai dividen, sementara memiliki daya beli pada akhir periode yang sama
besarnya dengan awal periode.
Darimana
datangnya kerugian moneter? selama inflasi, perusahaan akan mengalami perubahan
kekayaan yang tidak berkaitan dengan kegiatan operasinya. Perubahan ini muncul
dari aktiva atau kewajiban moneter, klaim terhadap atau kewajiban untuk membayarkan
mata uang dengan jumlah yang tetap di masa depan. Aktiva moneter mencakup kas
dan piutang usaha, yang umumnya akan kehilangan daya beli selama periode
inflasi. Kewajiban moneter mencakup kebanyakan utang, yang umumnya akan
menimbulkan keuntungan daya beli selama inflasi.
Berkebalikan
dengan akuntansi konvesional, laba yang dihitung dengan model daya beli konstan
harga historis. Namun demikian, mengambil dana membuat kekayaan perusahaan pada
akhir periode menjadi besar, sehingga memberikan kepada perusahaan daya beli
yang sama pada akhir periode dengan awal periode.
PENYESUAIAN
BIAYA KINI
Model biaya kini berbeda dengan akuntansi konvensional dalam dua aspek utama
yaitu (1) Aktiva tetap dinilai berdasarkan biaya kini bukan biaya historis.
Oleh karena aset pada dasarnya sama dengan nilai diskonto kini dari arus kas
dimasa depan, pendukung model biaya kini berpendapat bahwa nilai kini
memperlihatkan secara lebih baik pengukuran pendapatan dan potensi arus kas
perusahaan dimasa depan kepada pembaca laporan keuangan. (2) Kedua, laba
didefinisikan sebagai kekayaan bersih setelah pajak dari perusahaan, yaitu
jumlah sumber daya yang dapat didistribusikan oleh perusahaan dalam suatu periode
( tanpa pertimbangan komponen pajak ), namun tetap dapat mempertahankan
kapasitas produktif atau model fisik perusahaan. Satu cara untuk mempertahankan
modal adalah dengan menyesuaikan posisi aktiva bersih awal perusahaan (lewat
indeks harga khusus atau penentuan harga langsung yang sesuai, seperti harga
tagihan lancer, daftar harga dari penyedia, dan lain-lain) untuk mencerminkan
perubahan dalam ekuivalen biaya kini aktiva selama periode berjalan.
Biaya Kini
Disesuaikan Dengan Tingkat-Harga Umum
Opsi pelaporan
ketiga yang bertujuan untuk menerangkan perubahan harga ini menggabungkan
karakteristik model tingkat umum dan model biaya kini. Pengukuran ini, yang
disebut sebagai model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat harga
menggunakan indeks harga umum maupun khusus. Sesuai dengan model tingkat harga
umum, salah satu tujuan model ini adalah untuk mengungkapkan laba dan aset
bersih pada ekuivalen pada daya beli akhir tahun perusahaan. Laporan laba rugi
juga memuat informasi mengenai laba atau rugi daya beli pos-pos moneter induk
bersih. Sesuai dengan model biaya kini, tujuan lain model ini adalah untuk
melaporkan aset bersih perusahaan pada biaya kininya dan untuk melaporkan
jumlah laba yang menggambarkan kekayaan bersih setelah pajak.
Ciri khas
dari model biaya kini yang disesuaikan dengan tingkat harga adalah pengungkapan
perubahan biaya kini dari aset moneter perusahaan setelah dikurangi inflasi.
Tujuannya adalah untuk memperlihatkan bagian perubahan nilai aset moneter yang
melebihi atau kurang dari perubahan daya beli umum. Dua pengungkapan yang lazim
dimuat dalam ekuitas pemegang saham biasanya ditafsirkan sebagai berikut :
Kenaikan aset non moneter akibat inflasi umum merupakan jumlah saldo yang harus
dimiliki perusahaan agar mampu menghadapi inflasi umum tersebut. Komponen kedua
(misalnya kenaikan harga kini yang melampaui inflasi umum) dianggap sejumlah
pihak sebagai laba modal atas aset non moneter yang belum direalisasikan. Kita
berpendapat bahwa komponen terakhir ini bukan merupakan laba, melainkan
kenaikan biaya usaha yang harus dimiliki perusahaan untuk mempertahankan
kapasitas produksinya.
Group Modelo
diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan, disajikan ulang sebagai
berikut :
Pos-pos ini
dinilai berdasarkan metode masuk terakhir, keluar pertama dan disajikan ulang
dengan menggunakan metode biaya penggantian atau manufaktur.
Penyajian
ulang akun ini dinilai berdasarkan nilai persediaan yang dinyataan ulang.
Pos-pos ini
dicatat berdasarkan biaya akuisisi, dan disajikan ulang dengan menggunakan
faktor inflasi yang diperoleh dari Nasional Consumer Indeks/Indeks Harga
Konsumen Umum, sehingga menjadi nilai penggantian bersih yang sesuai ditentukan
oleh penilai ahli independent pada tanggal 31 Des 20XX, dan sesuai denga
tanggal akuisisi apabila pembelian dilakukan setelah tanggal tersebut.
Pos ini
dihitung berdasrkan nilai penyajian ulang aktiva tetap, yang dipertimbangkan
ebagai dasar, perkiraan masa manfaat ditentukan oleh penilai independent.
- Penyajian ulang ekuitas pemegang saham
Akun ini
disajikan ulang dengan menggunakan faktor inflasi yang diperoleh dari NCPI,
menurut umur atau tanggal kontribusinya.
- Ketidakcukupan dalam penyajian ulang ekuitas
pemegang saham
Saldo akun
ini disajikan dengan penjumlahan aljabar dari hasil kepemilikan aktiva
nonmoneter dan akumulasi hasil moneter ekuitas.
- Hasil dari kepemilikan aktiva nonmoneter
Pos ini
menunjukka perubahan dalam nilai aktiva nonmoneter yang disebabkan oleh hal
selain inflasi.
- Akumulasi hasil moneter ekuitas
Pos ini
merupakan hasil yang berawal dari penyajian awal angka-angka laporan keuangan.
SUDUT
PANDANG INTERNASIONAL TERHADAP AKUNTANSI INFLASI
Beberapa negara bereksperimen dengan pendekatan akuntansi inflasi yang beragam.
Praktik-praktik yang berlaku dilapangan juga mencerminkan berbagai pertimbangan
pragmatis, seperti tingkat keparahan inflasi nasional dan sudut pandang
pihak-pihak yang merasakan pengaruh langsung dari angka-angka akuntansi
inflasi. Guna memahami praktik-praktik yang berlaku dewasa ini, akan bermanfaat
jika kita menelaah pendekatan terhadap akuntansi inflasi yang dilakukan oleh
beberapa negara.
Amerika
Serikat
Pada tahun
1979, FASB mengeluarkan Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (Statement of
Financial Accounting Standards-SAFS ) No. 33 Berjudul “Pelaporan
Keuangan dan Perubahan Harga”, pernyataan ini mengharuskan
perusahaan-perusahaan AS yang memiliki persediaan dan aktiva tetap ( sebelum
dikurangi dengan depresiasi ) yang bernilai lebih dari $125 juta atau total
aktiva lebih dari $1 Miliar ( setelah dikurangi dengan akumulasi depresiasi )
untuk selama lima tahun mencoba melakukan pengungkapan daya beli konstan dan
biaya beli konstan biaya kini. Sebagai kerangka pengukuran dasar untuk
pengukuran dasar pelaporan keuangan utama, pengungkapan ini lebih ditujukan
untuk melengkapi informasi beban historis daripada menggantinya.
Banyak
pengguna dan penyusun informasi keuangan yang telah sesuai dengan SFAS No. 33
menemukan bahwa :
- Pengungkapan ganda yang
diwajibkan oleh FASB membingungkan
- Biaya untuk penyusunan
pengungkapan ganda terlalu besar
- Pengungkapan daya beli konstan
biaya historis tidak terlalu bermanfaat bila dibandingkan data biaya kini
Oleh karena
itu, FASB memutuskan untuk menyarankan, dan tidak mewajibkan, perusahaan
pelaporan di AS untuk mengungkapkan baik informasi daya beli tetap biaya
historis maupun daya beli tetap biaya kini. Pedoman yang diterbitkan oleh FASB
(SFAS 89) bertujuan untuk membantu perusahaan yang melaporkan pengaruh
perubahan harga terhadap laporan keuangan, disamping sebagai cikal bakal
standar akuntansi inflasi dimasa mendatang.
Perusahaan
pelapor didorong untuk mengungkapan informasi berikut untuk masing-masing dari
5 tahun terkini :
- Penjualan bersih dan pendapatan
operasi lainnya
- Laba dari operasi yang berjalan
berdasarkan dasar biaya kini
- Keuntungan atau kerugiaan daya
beli ( moneter ) atas pos-poss moneter bersih
- Kenaikan atau penurunan dalam
biaya kini atau jumlah yang dapat dipulihkan yang lebih rendah dari
persediaan atau aktiva tetap, bersih dari inlasi ( perubahan tingkat harga
umum )
- Setiap agregat penyesuaian
translasi mata uang asing, berdasarkan biaya kini, yang timbul dari proses
konsolidasi
- Aktiva bersih pada akhir tahun
menurut dasar biaya kini
- Laba per saham ( dari operasi
berjalan ) menurut dasar biaya kini
- Deviden per saham biasa
- Harga pasar akhir tahun per
lembar saham biasa
- Tingkat Indeks Harga Konsumen
( Consumer Price Index-CPI ) yang digunakan untuk
mengukur laba dari operasi berjalan
Untuk
meningkatkan komparabilitas data diatas, informasi yang diberikan dapat
disajikan baik dalam (1) rata-rata setara daya beli (atau diakhir tahun),
(2) Dollar pada periode pokok (1967) yang digunakan untuk menghitung CPI. Jika
laba berdasarkan daya beli tetap biaya kini berbeda secara signifikan dari laba
biaya historis, maka perusahaan diminta untuk menyajikan lebih banyak data.
Pedoman SFAS
No 89 juga mencakup operasi luar negeri yang disertakan dalam laporan keuangan
konsolidasian perusahaan induk di Amerika Serikat. Perusahaan yang menggunakan
dollar sebagai mata uang fungsional untuk mengukur operasi luar negeri
menggunakan prespektif mata uang induk. Perusahaan multi nasional yang
menggunakan mata uang local sebagai mata uang fungsional untuk sebagian besar
operasi luar negerinya menggunakan prespektif mata uang local. FASB membolehkan
perusahaan untuk menggunakan metode translasi saji ulang untuk menyesuaikan
dengan inflasi asing kemudian mentranslasikannya kedalam dollar AS. Bertujuan
untuk menunjukan inflasi dapat menggunakan baik dollar AS maupun indeks tingkat
harga umum asing.
INGGRIS
Komite
Standar Akuntansi Inggris ( Accounting Standard Committee-ASC )
menerbitkan Pernyataan Standar Praktik Akuntansi 16 ( Statement of
Standards Accounting Practice-SSAP 16), “Akuntansi Biaya Kini” untuk
masa percobaan 3 tahun pada bulan maret 1980. SSAP 16 berbeda dengan SFAS 33
dalam 2 hal yaitu :
- Standar AS mengharuskan
akuntansi dollar konstan dan biaya kini, SSAP 16 mengadopsi hanya metode
biaya kini untuk pelaporan eksternal
- Penyesuaian inflasi AS berpusat
pada laporan laba rugi, laporan biaya kini di Inggris mewajibkan baik
laporan laba rugi dan neraca biaya kini, beserta catatan penjelasan
Standar di
Inggris memperbolehkan tiga pilihan pelaporan :
- Menyajikan akun-akun biaya kini
sebagai pelapor keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya historis
- Menyajikan akun-akun biaya
historis sebagai laporan keuangan dasar dengan akun-akun pelengkap biaya
kini
- Menyajikan akun-akun biaya kini
sebagai satu-satunya akun yang dilengkapi dengan informasi biaya historis
yang memadai
Terkait
pos-pos moneter, SFAS No 33 mewajibkan pengungkapan angka-angka laba dan rugi
secara terpisah, sedangkan SSAP No 16 mewajibkan dua jenis angka yang
mencerminkan pengaruh perubahan harga khusus. Jenis pertama yang disebut
sebagai penyesuaian modal kerja moneter (MWCA), mengakui pengaruh perubahan
harga khusus terhadap jumlah total modal kerja yang digunakan dalam operasi
bisnis. Jenis dua yang disebut penyesuaian utang modal, memperhatikan dampak
perubahan harga khsus terhadap aset nonmoneter perusahaan (misalnya penyusutan,
beban penjualan, dan modal kerja moneter).
Penyesuaian
utang modal menyatakan bahwa pengeluaran seperti beban penjualan barang dan
penyusutan tidak harus dikurangi untuk mengakui biaya pengganti dari aset
tersebut, selama tidak diperoleh lewat utang. Jika diperoleh lewat utang, maka
laba moneter yang dihitung oleh indeks harga khsus (bukan umum) mestinya
mengalami kenaikan.
https://xmeizafitrianax.wordpress.com/2011/04/02/penyesuaian-tingkat-harga-umum/https://sitimaryamah.wordpress.com/2013/04/19/pelaporan-keuangan-dan-perubahan-harga/
https://datakata.wordpress.com/2013/12/03/pelaporan-keuangan-dan-perubahan-harga/